TUTELAEUCARESTIA — Jakarta – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) Wihaji mendorong para ayah untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah. Seperti diketahui beberapa sekolah di berbagai tingkat seperti TK dan SD memulai hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru pada Senin, 14 Juli 2025.
Imbauan tersebut tertulis lewat Surat Edaran (SE) Menteri Kemendukbangga/BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 yang bertujuan untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sejak dini.
Wihaji mengungkapkan Gerakan Ayah Mengantarkan Anak di Hari Pertama Sekolah merupakan upaya simbolik dan strategis untuk mendorong keterlibatan langsung ayah dalam pengasuhan. Dalam hal ini mengantar anak ke sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru.
Melalui kehadiran ayah pada momen penting tersebut, tercipta kedekatan emosional yang berdampak positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam menjalani proses belajar,” begitu disampaikan Wihaji seperti mengutip laman Instagram DithanremBKKBN.
Tak cuma itu, gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia, dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi kolaboratif dan setara.
Para Ayah ASN Kemendukbangga Wajib Kembali ke Kantor
Dalam keterangan di laman Instagram Biro SDM Kemendukbangga dituliskan bahwa ASN di bawah kementerian tersebut yang mengikuti Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah wajib melakukan presensi RL di lokasi sekolah. Lalu, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat edaran hari pertama masuk sekolah atau tangkapan layar pengumuman resmi di sekolah.
Guna mendukung agar ayah tenang dalam mengantar buah hati masuk sekolah di hari pertama, maka ASN bisa masuk ke kantor maksimal pukul 12.00.
“ASN wajib kembali ke kantor paling lambat pukul 12.00 waktu setempat dan melapor kepada atas langsung,” begitu tulis di media sosial Kemendukbangga.
20,9 Persen Anak Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5221372/original/003927700_1747322896-WhatsApp_Image_2025-05-15_at_16.17.26.jpeg)
Sebelumnya, Menteri Wihaji mengungkapkan bahwa 20,9 persen anak Indonesia tumbuh tanpa peran ayah atau fatherless yang menyebabkan mereka mengalami hambatan perkembangan emosi, sosial, dan kognitif.
“Rata-rata anak sekarang lebih asyik ngobrol dengan ibu. Hal ini membuat 20,9 persen anak tumbuh tanpa peran ayah yang aktif,” katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis pekan lalu seperti mengutip Antara.
Berdasarkan data UNICEF tahun 2021, penyebab 20,9 persen anak di Indonesia tidak memiliki figur ayah tersebut di antaranya akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang mengharuskan mereka tinggal jauh dari keluarga.
Sedangkan berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun yang sama juga menunjukkan hanya 37,17 persen anak usia 0–5 tahun dibesarkan kedua orang tua secara bersamaan.
Sebagai upaya mendorong kehadiran ayah dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).